SHARE

istimewa

CARAPANDANG - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media kembali menyelenggarakan Layar Indonesiana. Layar Indonesiana merupakan sebuah kompetisi proposal ide cerita film yang tahun ini mengambil tema Dinamika Kebudayaan. Sebanyak 10 proyek film terpilih mendapatkan pendukungan dana produksi, short course bersama dengan New York Film Academy, lokakarya perfilman, dan sesi mentoring dari filmmaker profesional. 

Tahun ini jumlah peserta yang mengikuti Layar Indonesiana mencapai 675 dari seluruh Indonesia. Tentunya capaian angka ini merupakan indikasi tumbuhnya bibit-bibit baru filmmaker yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini sejalan dengan tujuan diselenggarakannya Layar Indonesiana, yaitu menghasilkan sineas dengan kapasitas dan kreativitas yang semakin baik, menghasilkan film pendek berkualitas yang memiliki daya saing, dan dapat diikutsertakan pada festival film internasional. 

Proses seleksi dan penjurian telah dilaksanakan pada bulan Juli 2023 lalu, oleh tim kurator yang terdiri dari profesional di bidang perfilman, yaitu Ifa Isfansyah (Produser/Sutradara), Rahabi Mandra (Sutradara/Penulis Naskah), Rina Damayanti (Produser/Director Film Festival), Yulia Evina Bhara (Produser).

Setelah proses seleksi selesai, proyek film yang terpilih mendapat kesempatan mengembangkan skenario melalui online short course bersama penulis skenario international dari New York Film Academy dan juga lokakarya Movie Lab bersama mentor filmmaker terkemuka, yaitu Wregas Bhanutedja (Sutradara), Irfan Ramli (Penulis Skenario), Makbul Mubarak (Sutradara), dan Perdana Kertawiyudha (Penulis Skenario)

Berikut adalah proyek film terpilih untuk Layar Indonesiana Kompetisi Produksi Film Pendek tahun ini, 1) “Black Passenger” karya Nomad Film dari Sorong, Papua Barat, 2) “Kudapan Rindu Rasa” karya Lokapurva Filmss dari Pontianak, Kalimantan Barat, 3) “Kelompok Penerbang Roh” karya Hail The Cube dari Wonosari, Yogyakarta, 4) “Laut Masih Memakan Daratan” dari Sleman, DI Yogyakarta, 5) “Malam Terasa Main-Main” karya Wibawa Pictures dari Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 6) “Pamit Ronda” karya Artikulasi Performatif dari Bantul, DI Yogyakarta, 7) “Pau Lipu” karya Sinekoci dari Palu, Sulawesi Tengah, 8) “Pencatat Rindu Yang Datang di Tengah Malam” karya People Film dari Sidoarjo , Jawa Timur, 9) “Spektakel” karya Carnival Films dari DKI Jakarta, dan 10) “Yongky’s First Heartbeats” dari Jakarta Utara, DKI Jakarta.

Jogja Netpac Film Festival ke-18 (JAFF) menjadi festival film internasional pertama, sekaligus sebagai ajang premiere bagi 10 karya film Layar Indonesiana tersebut.  

“Tahun ini Kemendikbudristek kembali menyelenggarakan Layar Indonesiana sebagai bukti komitmen untuk terus mendorong tumbuhnya bakat-bakat baru perfilman Indonesia dari berbagai daerah, dan menumbuhkan karya-karya baru film pendek  yang mengangkat narasi lokal dalam rangka pemajuan kebudayaan dan penguatan ekosistem perfilman nasional,” ungkap Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra.

Direktur Jogja Netpac Film Festival sekaligus tim curator, Ifa Isfansyah mengatakan, “Layar Indonesiana ini merupakan wadah penguatan skill, menambah pengetahuan filmmaking bagi filmmaker muda dari berbagai daerah di Indonesia, sekaligus program untuk pencarian bakat-bakat baru perfilman Indonesia. JAFF senang sekali menjadi festival yang mempresentasikan karya-karya mereka.”

Rina Damayanti yang juga merupakan tim kurator mengatakan bahwa, “Pemutaran Layar Indonesiana di JAFF ini, diharapkan menjadi pembuka jalan bagi film-film terpilih  ini untuk dapat menembus berbagai festival film baik nasional maupun internasional, sehingga dapat melahirkan sineas baru yang terlihat di dunia internasional melalui film-film yang membawa pesan dinamika kebudayaan Indonesia.” dilansir kemdikbud.go.id

Tags
SHARE