SHARE

Istimewa

CARAPANDANG - Pada hari yang cerah di bulan Maret di Beijing, Presiden China Xi Jinping berjalan memasuki sebuah ruangan yang dipenuhi oleh para penasihat politik nasional, melanjutkan tradisi yang sudah berlangsung selama satu dekade terakhir untuk membahas isu-isu penting yang membentuk pembangunan China dan berdampak pada kehidupan masyarakat. Tahun ini, kualitas udara menjadi topik pembahasan.

Dalam sesi tahunan ke-14 Komite Nasional Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat China (Chinese People's Political Consultative Conference/CPPCC), badan penasihat politik tertinggi negara itu, Xi, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC) sekaligus Ketua Komisi Militer Sentral China, membagikan dua kisah mengenai topik tersebut dalam pertemuan kelompok gabungan pada pekan ini.

Setelah mendengarkan uraian dari seorang penasihat politik dari sektor lingkungan dan sumber daya mengenai pencapaian dalam tata kelola ekologi dan lingkungan, Xi mengatakan bahwa China telah membuat kemajuan pesat dalam upaya perlindungan lingkungan sejak Kongres Nasional CPC ke-18 yang diadakan pada 2012.

Xi menceritakan badai pasir yang dulu kerap terjadi di Beijing saat masa kecilnya, yang akan menyisakan lapisan debu di lantai jika jendela dibiarkan terbuka seharian. Mengenang masa-masa berdebu itu, Xi dengan nada bergurau berkata, "Kala itu bukan lagi PM2,5, melainkan 'PM250'," yang mengundang tawa dari mereka yang hadir.

Berbicara kepada para penasihat politik, Xi juga menyinggung soal "APEC biru", istilah yang dicetuskan untuk mendeskripsikan jernihnya langit Beijing selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) yang diadakan di China pada 2014.

Pada November 2014, ketika berpidato di hadapan para pemimpin APEC yang sedang berkunjung ke China, Xi secara langsung menanggapi pandangan yang mengecap "APEC biru" sebagai sesuatu yang bersifat sementara, mengungkapkan harapan dan tekadnya bahwa "dengan usaha yang gigih, 'APEC biru' akan tetap ada."

Selama satu dekade sejak janji tersebut diucapkan, berbagai upaya yang memperjuangkan pembangunan hijau, sirkular, dan rendah karbon serta memprioritaskan konservasi ekologis telah dilakukan. Masyarakat China pun kini menikmati langit yang lebih biru serta perairan yang lebih jernih dan pegunungan yang lebih subur.

Mari tengok Beijing sebagai contohnya. Pada 2023, ibu kota China itu memiliki kualitas udara yang baik atau sangat baik selama sekitar 90 persen dari total hari di tahun tersebut, serta penurunan signifikan dalam hal konsentrasi rata-rata tahunan PM2,5, PM10, nitrogen dioksida, dan sulfur dioksida dibandingkan pada 2013.

Kualitas udara di kota-kota di China secara umum meningkat signifikan antara 2013 hingga 2022, dengan kualitas udara baik atau sangat baik tercatat selama 86,5 persen dari total hari pada 2022, yang menandai peningkatan sebesar 20,8 poin persentase.

"Kita telah beralih dari memerangi 'PM250' ke menaklukkan PM2,5. Sekarang, masalah PM2,5 hampir selesai," ujar Xi dalam pertemuan kelompok gabungan tersebut, menyoroti langkah-langkah tambahan yang diambil dalam perlindungan lingkungan.

"Selama kita melangkah maju, kita harus tetap bertekad," kata Xi kepada para penasihat politik. "Daripada hanya mengkritik dan menuding, kita harus mengambil tindakan nyata dan menyelesaikan masalah."

Tags
SHARE