"Iya, itu janjinya kedua belah pihak, kami minta itu peternak kecil jangan dibiarkan jalan sendiri. Aku minta Dirjen, Direktur turun tangan semua," katanya lagi.
Menurut Amran, kondisi turunnya harga ayam disebabkan tingginya produksi. Sehingga salah satu solusi jangka panjang adalah dengan memperluas pasar ekspor produk unggas nasional.
"Ya, memang produksi kita tinggi, makanya solusinya adalah ekspor, telur kemarin sudah mulai ke beberapa negara. Ada 40 kontainer kalau tidak salah dilaporkan akan ekspor, mungkin sudah diekspor," ucap Mentan.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian mendorong industri pakan dan pelaku usaha rantai pasok perunggasan menyerap ayam hidup dari peternak rakyat. Guna menjaga keberlanjutan usaha dan menstabilkan harga ayam di tingkat produsen.
"Langkah ini penting untuk menjaga keberlanjutan usaha peternakan unggas. Sekaligus menstabilkan harga ayam di tingkat produsen," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda.
Menurut Agung, upaya stabilisasi harga livebird membutuhkan gotong royong lintas sektor. Terutama dari perusahaan pakan, pabrik pakan non-budidaya dan pedagang bahan baku pakan.
Berdasarkan data dari Panel Harga Badan Pangan Nasional, Sabtu (26/4/2025), rata-rata harga ayam ras pedaging hidup di tingkat peternak mencapai Rp19.565 per kg. Atau naik dari hari sebelumnya Rp19.212 per kg.