Khan, yang kini sudah berusia lanjut dan merupakan salah satu dari segelintir karyawan yang masih hidup sejak masa kejayaan pabrik tersebut, menjelaskan kegiatan operasional pabrik yang dahulu sangat sibuk. Mulai dari unit pemintalan, produksi selimut, bengkel pencelupan, pemadam kebakaran, kantin, dan fasilitas reparasi, semuanya ditangani oleh tenaga profesional.
Pada masa puncaknya, pabrik ini memproduksi 220.000 meter kain setiap hari. Puluhan bus mengantar para pekerja dari provinsi Kapisa dan Parwan yang berdekatan, sementara ribuan orang tinggal di perumahan yang disediakan di kompleks pabrik.
"Satu-satunya harapan saya adalah dapat melihat pabrik ini kembali hidup dan orang-orang kembali bekerja. Itulah impian saya," kata Khan, sambil berdiri di tengah reruntuhan.
Berjalan di antara bangunan yang hancur itu menyingkap sisa-sisa ribuan mesin, beberapa masih utuh, yang menjadi saksi bisu masa lalu pabrik dan skala kehancuran akibat perang.
"Perang selama 40 tahun telah menghancurkan pabrik ini," ujar Qari Mohammad Sayed Ayubi, wakil direktur pabrik. "Kami telah menghubungi pemerintah dan sektor swasta, namun biaya restorasi sangat besar dan di luar kemampuan domestik."
Foto yang diabadikan pada 16 April 2025 ini menunjukkan reruntuhan bekas Pabrik Tekstil Gulbahar di Provinsi Kapisa, Afghanistan. (Xinhua/Saifurahman Safi)