SHARE

Else Windasari dan Radeva Chanika (ditpsmp)

CARAPANDANG.COM – Dari manakah awal mula ide penelitian? Hal itu bisa terjadi dari kejadian sehari-hari. Kepedulian, kompetensi ilmu, ketekunan, untuk kemudian berbuah menjadi karya. Hal itu ditunjukkan oleh duet peneliti muda Else Windasari dan Radeva Chanika yang membuat rompi cerdas penunjuk arah dan pengaman kecelakaan untuk penyandang tunanetra.

“Karena saya melihat tunanetra yang tertabrak motor dan saya kasihan, dan saya berniat untuk membuat sebuah alat yang bisa membantu tunanetra dan memudahkan tunanetra ketika menyeberang jalan ataupun pada saat berjalan di malam hari tanpa didampingi oleh keluarga,” kata Else Windasari di terminal 2D Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (23/10/2018) seperti dilansir situs ditpsmp.

Bukan tanpa hambatan mereka dalam membuat rompi cerdas tersebut. Sensor yang terbakar dan mengulang-ulang melakukan penelitian dilakoni oleh kedua siswi SMPN 1 Jetis Ponorogo, Jawa Timur tersebut.

Rompi cerdas penunjuk arah dan pengaman kecelakaan untuk penyandang tunanetra dibuat dengan menggunakan alat dan bahan: rompi, arduino, sensor LDR, sensor ultrasonik, speaker dan baterai sebagai sumber tegangan. Keunggulan dari rompi cerdas ini adalah mudah dibuat, harganya murah, praktis, dan bermanfaat bagi penyandang tunanetra.

Bagaimanakah cara rompi cerdas tersebut bekerja? Sensor ultrasonik yang terpasang pada rompi dapat mendeteksi objek dan bisa memberikan panduan atau penunjuk arah berupa suara audio kepada pengguna rompi tersebut, dengan adanya suara audio tersebut maka pengguna akan mudah mendeteksi benda yang ada di depan, samping kanan, samping kiri. Dari hasil pengamatan dan uji coba hasil penelitian alat ini efektif digunakan pada penyandang tunanetra.  Terbukti dari hasil wawancara kepada responden dengan menggunakan alat ini yang tadinya sering tersesat dan sering menabrak benda maka setelah memakai tidak tersesat, mudah penggunaannya, dapat membantu dan menunjukkan arah jalan.

Sensor cahaya (LDR) yang diletakkan pada bahu dapat mendeteksi cahaya sehingga ketika dalam keadaan gelap lampu LED akan menyala dan dengan otomatis lampu LED akan mati pada saat siang hari, diharapkan dengan adanya sensor cahaya (LDR) pada rompi ini bisa memudahkan tunanetra saat menyeberang jalan ketika malam hari dan menghindari terjadinya kecelakaan khususnya tertabrak kendaraan.

Sensor ultrasonik pada rompi ini juga sangat membantu, sebab sensor ini bisa mendeteksi serta menunjukkan arah sehingga tunanetra tahu arah mana yang akan dituju melalui headshet yang terdapat pada rompi. Tujuan dari pemasangan headshet pada rompi ini adalah agar tunanetra bisa dengan jelas dan mudah menerima instruksi mengenai arah mana yang akan dituju.